Rabu, 25 Maret 2015

# Sadar Menjadi Ibu | Part 1 #

Kita coba mulai tulisan pertama setelah sekian lama. Kali ini saya ingin bercerita tentang 'menjadi ibu'. Waktu kuliah fenomenologi dulu, saya teringat tentang kita akan sadar jika kita merasakan sakit. Seperti proses tersadarkan naik tangga, perasaan waktu kita naik tangga hanya berpikir naik tapi ketika kita tesentak jatuh salah satu anak tangga, baru kita sadar bahwa kita sedang berada di tangga.

Proses menjadi Ibu dan sadar menjadi Ibu, saya harus merasakan sakit terlebih dahulu. Mulai dari hyper emesis, persalinan normal yang ketubannya rembes serta sakit tak tertahankan. Unstable emotion ketika emesis, perasaan depresi ketika hamil dan setelahnya. Yes, that's miracle of becoming a mommy.

Dahulu orang bilang, sayangilah Ibu mu karena dia sudah jerih payah melahirkan, dlsb. Ya, saya menyayangi Ibu saya tapi bukan karena usaha dia sudah melakukan ini dan itu, tapi unonconditional love nya yang dia berikan untuk saya. Ada insight baru dan ada paradigma baru bagi saya. Bahwa segala perjuangan saya itu tidak perlu ucapan terimakasih dari anak saya. Tidak perlu dibalas oleh hal yang sama, peluh dan materi sudah tak perlu dibalas. Tumbuh berkembang sempurnalah sesuai yang diinginkan Allah, became soleh kid, smart, sejahtera, always happy in this eden and akhirat nanti. That's it. Nothingelse...

Gambar dibawah, etika menjunguk bayi, is the one of sourche that i have. Beberapa hal saya langgar ketika saya jenguk bayi teman. Karena tidak tahu dan belum merasakan. Tapi begitu punya pengalaman, hal ini akan saya perhatikan baik-baik. Dari 7 poin di atas yang paling mengena adalah poin ke 6 untuk saya. Komentar dan nasihat, membuat saya merasa tidak nyaman ketika melewati masa kehamilan dan merawat bayi. Tetutama dari tante - tante saya.

Terlebih ketika saya sedang hamil, karena saya hyper emesis, unstable emotion, dan kondisinya unactive dari kegiatan-kegiatan produktif. Perasaan lonely, ingin diperhatikan, ingin bermain lepas tanpa beban, ingin bahagia, dan ingin merasa spesial selalu meliputi diri kala hamil. Waktu itu, saya pulang ke Bandung dan tidak kembali lagi ke Jakarta. Ingin selalu bersama Ibu saya setiap saat, tidur pun ditemani. Tidak ingin sendiri dan kebetulan Ibu saya punya tugas bolak-balik merawat nenek saya yang ada di rumah tante saya. Waktu itu tidak ada perawat. Sehingga, kondisinya Ibu saya yang harus bolak balik merawat. Saya ditinggal sendiri di rumah, do nothing.

Rasanya ingin sekali tidak ada waktu itu. Depresi? Boleh cenderung kesana, sangat stress akut karena terintimidasi nasihat-nasihat yang bertentangan dengan kondisi saat itu. Intimidasi, seolah-olah hamil itu tidak boleh merepotkan siapa-siapa. Hamil itu wajar, bukan penyakit. Padahal apa jadinya kondisi fisik ini terlalu di dominasi oleh hormon-hormon yang bolak balik naik turun?

Katanya sih, harus dilawan dengan kekuatan pikiran. Harus ada seseorang yang mengerti hypnotherapy untuk saya pada kondisi saat itu. Yang ada hanyalah para ahli dakwah yang mengintimidasi. Nothing perfect in this world, kembali saja pada Allah, membaca Al - Quran menjadi salah satu meditasi yang menenangkan batin.

Selamat malam dunia, semoga kamu yang membaca terinspirasi. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar