Minggu, 12 Februari 2012

# Mulut dan Pena #


Bagi saya yang sekarang berstatuskan ibu rumah tangga muda, televisi, buku, dapur, dan internet adalah sahabat akrab selain suami dan keluarga. Sahabat akrab yang paling sering saya ajak canda ketika sepi di rumah salah satunya televisi dan internet.

Televisi dengan cerdiknya mampu membuat saya tertawa sendiri dengan program-program yang disajikan. Infotainment contohnya, karena program ini paling sering disajikan dan tentunya cara pemberitaannya di ulang-ulang. Ada yang sekedar highlight ataupun pembahasan sampai ke akarnya. Bahkan beberapa acara berita juga sedikit tidaknya membahas berita tentang artis-artis.

Menurut beberapa peramal Indonesia, mereka sering menyebutkan bahwa di tahun 2012 akan banyak pertengkaran dikarenakan cuaca yang panas. Cuaca panas ini memicu orang untuk saling tersinggung, saling melawan dan saling membela diri. Katanya sih cuaca panas ini dikarenakan adanya badai matahari.

Badai Matahari 
(Sumber : http://www.tempo.co/read/news/2012/02/04/061381724/Waspada-Badai-Matahari-Sampai-Setahun-Mendatang )




Salah satu contoh pertengakaran yang seringkali di ulang-ulang pemberitaannya oleh infotainment di Januari 2012 adalah perselisihan pendapat antara sebut saja salah satu artis yang juga politikus dengan salah satu komposer. Mereka berselisih akan perkataan yang dilontarkan oleh media elektrik blog dan media sosial twitter.

Karena kicauan infotainment yang bertubi-tubi sehingga saya tidak mampu menangkap ocehan mereka. Terlalu tidak jelas dan tidak mengangkat inti permasalahan. Akhirnya saya bertanya pada internet. Kesimpulan dari pertengkaran ini mungkin salah satunya penyampaian ketidaknyamanan melalui media tulisan.

Kalau tidak salah tangkap, informasi ini berawal dari ketidaknyamanan artis tersebut terhadap twitter salah seorang entah siapa itu. Dari sinilah akhirnya ybs. curhat tanpa filter di blognya
Kasus ini pun sudah ada titik perdamaiannya. Tentunya emosi yang tidak terarah akan menyakiti banyak pihak. Sampai masyarakat awam seperti saya ataupun kalian pasti akan tersinggung juga jika menggunakan bahasa yang tidak terfilter.

Melalu media tulisan biasanya candaan belum tentu dapat ditangkap sebagai canda. Karena kita tidak mendengar intonasi suara orang tersebut, betul? Tersinggung biasa juga akibat dari ketidakmampuan untuk memaknai perilaku yang dihasilkan oleh ybs.

Misalnya contoh salah satu tulisan kemarahannya yang mungkin saja akan menyinggung banyak pihak adalah :


“Sehingga memang tidak heran kelakuan dia sangat tidak berbudaya karena memang stadar S1 sih ya?”

Jujur, saya sebagai S1 yang mendapatkan ijazah melalui jalur yang baik dan benar sedikit merasa tersinggung  jika digeneralisasikan seperti itu. Sempat bertanya juga, apakah seseorang yang berbudaya juga akan menjadi orang baik? Apa sih budaya itu? Budaya seperti apa yang dimaksudkan olehnya? Apakah maksud kalimat itu memang untuk meng-diskreditkan S1? Nampaknya saya harus cari beasiswa untuk melanjutkan studi supaya dapat dibilang berbudaya jika memang benar S1 di-diskreditkan. Hihihi :)

Jika tidak bisa memaknai artis dan juga politikus yang sedang dilanda kemarahan itu, mungkin ini bisa jadi permasalahan yang berlarut-larut. Mungkin ybs. tidak bermaksud mengeneralisasikan kemarahannya ya kepada semua S1. :)




   
Menurut Ellis dan Beattie (1986) menjelaskan beberapa karakteristik berbeda antara berbicara dan menulis, yaitu :
1.     Terjadi dalam isolasi dari orang lain;
2.     Termasuk keterlambatan dalam timbal balik sosial;
3.     Membutuhkan perevisian dan pengeditan yang ekstensif;
4.     Termasuk bahasa kompleks secara sintaksis dan leksikal;
5.     Menjadi catatan dalam bentuk yang permanen secara potensial.



Perbandingan antara menulis dan berbicara menyatakan bahwa bahasa tulisan menunjukkan secara signifikan lebih bervariasi dalam perbendaharaan kata daripada bahasa lisan, baik formal ataupun informal. Hal ini dikarenakan dalam tulisan kita perlu untuk merevisi dan mengedit tulisan sehingga terjadi penyampaian bahasa yang tepat.

Penelitian yang dilakukan oleh Hayes (1989) menunjukkan bahwa sejumlah perencanaan dan kualitas perencanaan berkolerasi tinggi dengan kualitas dari teks yang ditulis. Jika tidak perlu revisi dan edit lebih baik kita tuangkan dalam diary pribadi atau catatan-catatan kecil yang tidak perlu diketahui oleh publik.



Banyak pasangan yang bertengkar hanya gara-gara SMS, tidak jarang juga orang bertengkar karena salah ucap satu kata ataupun salah intonasi. Penyampaian komunikasi yang tidak tepat sasaran akan banyak terjadinya kesalahan persepsi yang kemudian berakibat pada perilaku yang akan dihasilkan.

Mungkin ini yang dapat saya maknai tentang kejadian ini. Dulu pada saat saya remaja, saya sempat mengalami kejadian ‘tidak serupa tapi sama’ dengan itu. Oleh karena ini saya mengalami fase stagnan dan berhenti menulis pada publik. Dan lebih berhati-hati lagi untuk menuliskan ide-ide kepada publik. Ide tersbut baik yang memang muncul dari pemikiran saya ataupun kicauan burung orang lain. Terlebih lagi ketika kita menuliskan kicauan burung orang lain yang kita tidak mengetahui keabsahannya. Jangan sampai orang lain yang salah malah kita yang kena dampak sosialnya. So I will more carefully to do this. :) Disarankan juga mempunyai editor pribadi.. :)

Ada istilah yang cocok untuk memberi kesimpulan dari pemikiran ini :
“Mulutmu harimaumu dan Ujung pena lebih tajam daripada ujung pedang” (Kalau sekarang jamannya twitter dan keyboard ya.. ^^). Tapi itu semua tidak terlepas dari pembelajaran hidup. :)

    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar