Ketika suami saya
menyarankan untuk menjadi blog walker,
saya disarankan untuk melihat blog yang dibuat oleh sastrawan atau lulusan
jurusan sastra. Entah mengapa dia menyarankan seperti itu, tapi ketika saya
mencoba salah satunya, hal ini jadi menarik. Karena keinginan tahuan jadi
berkembang mengenai bagaimana karakterisitik sastrawan itu. Dalam tulisan hasil
karyanya, jadi saya merasa ingin mengobservasi secara mendalam.
Saya benar-benar
membaca karya seorang penulis. Penulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI) adalah orang yg menulis atau juga bisa disebut pengarang. Apakah orang
yang melakukan kegiatan tulis menulis bisa disebut penulis juga? Maklum saya
waktu sekolah tidak terlalu gemar dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Hihihi…
Suami dan saya
memiliki perasaan yang sama ketika sedang gemar menulis. Jika kami melihat blog
orang lain, kita selalu merasa tulisan mereka sangat bagus sekali. Sehingga
kami pun merasa ‘jiper’ atau tidak
percaya diri untuk menulis kepada massa. Mungkin istilah rumput tetangga lebih
hijau daripada rumput sendiri selalu menjadi peribahasa yang sangat popular.
Walau kita tidak tahu apakah rumput hijau itu memang asli atau palsu, betul?
Terasa jika
selalu seperti itu, akhirnya ada perasaan pembatasan kebebasan menulis. Umumnya
orang yang menggeluti profesi sastrawan mempunyai kebebasan menulis sendiri.
Tentunya masih dalam ranah kesusastraannya dan gaya penulisannya sendiri. Ada
yang bersifat tersirat (penuh dengan majas, dlsb) ada juga yang melakukannya
secara terang-terangan. Itulah keberagaman karya otentik.
Ada orang bilang
bahwa semakin banyak menulis, maka anda akan menjadi seorang penulis. Jam
terbang dibutuhkan untuk menjadi seorang profesional. Saya pun mengamini
pernyataan tersebut, karena di dunia keilmuan saya memang orang yang sering membaca
karakter akan semakin professional. Seperti almarhum Pak Nimpuno, hanya melihat
gaya berjalan seseorang dia sudah tau karakteristik orang tersebut seperti apa. Kalau di blog pasti terlihat juga ya, usia aktual dia berada di fase mana, pola berpikir dia seperti apa, sampai dorongan yang tidak bisa ia citrakan ke permukaan di kehidupan nyatanya.
Menurut saya menjadi
penulis handal perlu niatan, keyakinan untuk memulai, belajar, dan terus
berjuang. Pisau tidak akan tajam jikat tidak terus diasah, kan? Bahkan jika
tidak digunakan, lama-lama akan berkarat. Sama pulanya dengan bakat, jika tidak
ditekuni dan dipakai, ia akan musnah. Just write
with your heart.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar